Jumat, 29 Juni 2012

METODE QUANTUM TEACHING


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
      Pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kwalitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan diharapkan dapat mencetak manusia yang berkualitas yang akan mendukung tercapainya sasaran pembangunan nasional. Menurut Undang – undang  no 20 tahun 2003 tentang
Pendidikan Nasional Bab I pasal (1)[1]
“.Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara”..
Keberhasilan proses pembelajaran sebagai proses pendidikan di suatu sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang dimaksud misalnya guru, siswa, kurikulum, lingkungan sosial, dan lain-lain. Namun dari faktor-faktor itu, guru dan siswa faktor terpenting. Pentingnya faktor guru dan siswa tersebut dapat dirunut melalui pemahaman hakikat pembelajaran, yakni sebagai usaha sadar guru untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan kebutuhan minatnya.
Dengan adanya mutu pendidikan yang baik, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 pasal (3) tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa : [2]
“Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
  Dalam mencapai tujuan pendidikan ini, pemerintah menggagas diberlakukannya kurikulum baru yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah. KTSP tersebut memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk merancang, mengembangkan, dan mengimplementasikan kurikulum sekolah sesuai dengan situasi, kondisi, dan potensi keunggulan lokal yang bisa dimunculkan oleh sekolah.  Upaya pemerintah dalam bentuk KTSP ini merupakan pengembangan kurikulum. Dengan menggunakan KTSP diharapkan peserta didik bisa mencapai kompetensi-kompetensi tertentu yang sudah ditentukan sebagai kriteria keberhasilan.[3]
Dalam mata pelajaran IPA yang memerlukan banyak variasi metode, media, maupun sumber belajar karena mata pelajaran IPA terdapat materi yang memerlukan praktik kerja langsung. Melalui praktik siswa akan memperoleh pengalaman dan pengetahuan baru melalui eksperimen.
Keberhasilan pembelajaran IPA juga tergantung pada keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar, sedangkan keberhasilan siswa tidak hanya tergantung pada sarana dan prasarana pendidikan, kurikulum maupun metode. Akan tetapi guru mempunyai posisi yang sangat strategi dalam meningkatkan prestasi siswa dalam penggunaan strategi pembelajaran yang tepat.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran di SD Islam Nurul Ilmi Bekasi tidak kondusif, sehingga menyebatkan penurunan nilai mata pelajaran IPA. Adapun nilai mata pelajaran yang diperoleh siswa SD tersebut pada tahun ajaran 2010/2011 dibawah nilai standar yaitu 6,1, sedangkan nilai standar yaitu 6,5 maka dapat dikatakan bahwa dalam pelaksanaan proses belajar mengajar tidak/ kurang optimal.
Salah satu model pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar secara optimal adalah model pembelajaran Quantum Teaching. Model pembelajaran ini merupakan model percepatan belajar (Accelerated Learning) dengan metode belajar Quantum Teaching. Percepatan belajar yang di Indonesia dikenal dengan program akselerasi tersebut dilakukan dengan mengatasi  hambatan-hambatan yang menghalangi proses  belajar melalui upaya-upaya yang sengaja.
 Untuk mengatasi  hambatan-hambatan belajar berarti mengefektifkan dan mempercepat proses belajar dapat dilakukan misalnya: melalui penggunaan musik (untuk menghilangkan kejenuhan sekaligus memperkuat konsentrasi melalui kondisi alfa), perlengkapan visual (untuk membantu siswa yang kuat kemampuan visualnya), materi-materi yang sesuai dan penyajiannya disesuaikan dengan cara kerja otak, dan keterlibatan aktif (secara intelektual, mental, dan emosional).
Model pembelajaran ini menekankan kegiatannya pada pengembangan potensi manusia secara optimal melalui cara-cara yang sangat manusiawi, yaitu: mudah, menyenangkan, dan memberdayakan.Serta dikondisikan untuk saling mempercayai dan saling mendukung.
 Siswa dan guru berlatih dan bekerja sebagai pemain tim guna mencapai kesuksesan bersama. Dalam konteks ini, sukses guru adalah sukses siswa, dan sukses siswa berarti sukses guru.
Model pembelajaran Quantum Teaching dalam pembelajaran,  membagi unsur-unsur pembentuknya menjadi dua kategori, terdiri dari konteks dan isi. Konteks berupa penyiapan kondisi bagi penyelenggaraan pembelajaran yang berkualitas, sedangkan isi merupakann penyajian materi pelajaran.
Penyajian dalam pembelajaran Quantum Teaching mengikuti prosedur dengan urutan: (1) penumbuhan minat siswa, (2) pemberian pengalaman langsung kepada siswa sebelum penyajian, (3) penyampaian materi dengan multimetode dan multimedia, (4) adanya demonstrasi oleh siswa, (5) pengulangan oleh siswa untuk menunjukkan bahwa mereka benar-benar tahu, dan (6) penghargaan terhadap setiap usaha berupa pujian, dorongan semangat, atau tepukan Bobbi DePorter (dalam Ari Nilandri, 1999-2001).
Penyajian dalam pembelajaran Quantum Teaching merupakan model pembelajaran yang ideal, karena menekankan kerja sama antara siswa dan guru untuk mencapai tujuan bersama. Model pembelajaran ini juga efektif karena memungkinkan siswa dapat belajar secara optimal, yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa secara signifikan.
Oleh karena itu model ini perlu dilaksanakan di sekolah-sekolah. Kenyataannya, model pembelajaran tersebut belum banyak diterapkan dalam proses pendidikan  Metode  belum banyak dikenal oleh komunitas pendidikan, kebanyakan guru lebih suka mengajar dengan model konvensional, yaitu model pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centred instruction).
Guru bertindak sebagai satu-satunya sumber belajar, menyajikan pelajaran dengan metode ceramah, latihan soal atau drill, dengan sedikit sekali atau bahkan tanpa media pendukung. Guru cenderung bersikap otoriter, suasana belajar terkesan kaku, serius, dan mati. Hanya gurunya yang aktif (berbicara), siswanya pasif. Jika siswa tidak dapat menangkap materi pelajaran, kesalahan cenderung ditimpakan kepada siswa. Dinding kelas dibiarkan kosong atau jika ada kebanyakan hanya berupa gambar pahlawan. 'I'idak ada ikon-ikon yang membangkitkan semangat dan rasa percaya diri siswa. Pendek kata, proses pembelajaran tidak memberdayakan dan membosankan. Dengan demikian proses pembelajaran menjadi tidak efektif, dan karenanya tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai secara optimal.
            Karena dengan kualitas pendidikan yang optimal, diharapkan peserta didik akan dapat menguasai pengetahuan, keterampilan, dan keahlian sesuai dengan ilmu pengetahuan  yang terus berkembang.
Kekreatifan seseorang, terutama guru sangat ditentukan oleh keleluasaan dan kedalaman pengetahuan dan wawasan. Oleh sebab itu, untuk menjadi guru yang ideal haruslah selalu membiasakan untuk membelajarkan diri memahami bidang  studinya, juga mendalami pengetahuan lainnya sebagai khazanah dirinya.
Banyak terdengar keluhan guru-guru yg bosan untuk menunaikan tanggung
jawabnya, dan penyebab lain dari rasa bosan ini adalah karena umumnya guru-guru kurang kreatif dan terkadang salah dalam menenukan metode pembelajaran yang sesuai. Sehingga mereka jarang menjadi guru professional.
Fakta fakta yang ditemukan dilapangan menjelaskan bahwa guru atau tenaga pengajar  di SD Islam rata-rata menerapkan peranan tradisional dalam mengajar. Mereka bersifat bahwa guru masih sebagai sumber ilmu dan dalam penguasaan ilmu, siswa harus menyalin catatan guru dan menghafalnya tanpa melupakan titik dan komanya sekalipun.
Berdasarkan alasan tersebut, penulis ingin memecahkan masalah dengan strategi pembelajaran Quantum Teaching, karena strategi tersebut bisa diterapkan di sekolah dasar. Seperti yang telah dikutip oleh Bobbi De Porter (dalam Ari Nilandri, 1994;4) menyatakan bahwa Quantum Teaching mencakup petunjuk spesifik, untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi dan memudahkan proses belajar.
Mengingat betapa erat hubungan antara metode mengajar dalam pendidikan, maka penulis ingin menuangkan dalam karya ilmiah  yang berupa skripsi yang berjudul ”METODE  PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA  SD ISLAM NURUL ILMI MUSTIKASARI BEKASI”
B.     Identifikasi Masalah
Berdasar latar belakang yang dikemukakan diatas diperoleh beberapa
identifikasi masalah sebagai berikut:
sehingga mempengaruhi penerimaan mata pelajaran IPA.`
1.      Bagaimana Model pembelajaran Quantum Teaching kedalam proses pembelajaran IPA  kelas IV  SD Islam Nurul Ilmi Bekasi
2.      Penulis ingin mengetahui dengan menerapkan metode Quantum Teaching  dapat membantu siswa merasa nyaman dan menyenangkan  dalam  belajar  IPA  di SD Islsm Nurul ilmi  Bekasi.
3.      Penulis ingin mengetahui perubahan  setelah menerapkan metode quantum Teaching   dalam pembelajaran IPA di SD Islam Nurul Ilmi
4.      Penulis Ingin mengetahui hasil belajar IPA dengan menerapkan metode Quantum Teaching  di SD Islam Nurul Ilmi Bekasi
5.      Penulis ingin mengetahui factor factor yang mempengaruhi belajar dalam metode Quantum teaching di SD Islam Nurul Ilmi Bekasi
C.    Pembatasan Masalah
Agar penulisan skripsi ini lebih terarah serta mencapai tujuan yang diharapkan, maka penulis membatasi permasalahan dalam penulisan ini  :
1.      Penelitian dibatasi pada Penerapan metode  Quantum Teaching dalam pembelajaran IPA   pada siswa kelas IV SD Islam Nurul Ilmi Mustikasari Bekasi
2.      Dengan menggunakan metode QuantumTeaching, akan membawa perubahan yang siknifikan hasil belajar IPA siswa Kelas IV SD Islam Nurul Ilmi Mustikasari Bekasi
D.    Perumusan Masalah
Berdasarkan Identifikasi masalah dan pembatasan masalah  diatas maka dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan Hasil  belajar IPA  siswa kelas IV  di SD Islam Nurul Ilmi Mustikasari Bekasi ?
E.     Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1.      Bagi guru, Untuk Mengetahui model pembelajaran Quantum Teaching dalam pembelajaran IPA siswa kelas IV, mampu mempraktekan dan mengatasi permasalahan permasalahan yang dihadapi dalam proses belajar mengajar
2. Bagi peneliti:
Diharapkan dapat menjadi bekal pengetahuan mengenai penerapan quantum Teaching  terhadap hasil  belajar dan dapat menerapkan dengan baik dalam proses belajar mengajar
3 . Bagi Kepala Sekolah:
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan terhadap kemampuan Penerapan Quantum Teaching yang dimiliki seorang guru sehingga akan lebih ditingkatkan lagi pembinaan dan pengawasan terhadap kinerja guru
F.     Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan diatas bertujuan :
1.      Untuk mengetahui penggunaan  metode Quantum Teaching terhadap  Hasil belajar IPA siswa kelas 1V SD Islam Nurul Ilmi  Mustikasari Bekasi


 [1] Abd Rozak , Fauzan,Ali Nurdin, Kompilasi undang undang dan Peraturan Pendidikan (Jakarta:FITK Press UIN Syarif Hidayatullah,2010), h 4.
 [2] Ibit h. 6.
[3] Masnur Muslih, Seri SNP KTSP Dasar pemahaman dan Pengembangan, Jakarta:pt: Bumi Aksara, 2007,h,1.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar