1.
Teori teori masuk dan berkembangnya
Agama Hindu ke Indonesia.
a.
Teori Brahmana
Pada teori ini
mengungkapkan bahwa kaum brahmana amat berperan dalam upaya penyebaran budaya
Hindu di Indonesia. Para brahmana mendapat undangan dari penguasa Indonesia
untuk menobatkan raja dan memimpin upacara-upacara keagamaan. Pendukung hipotesis
ini adalah Van Leur.
b.
Teori Ksatria
Pada teori ini, peranan penyebaran agama dan budaya Hindu
dilakukan oleh kaum ksatria. Menurut hipotesis ini, di masa lampau di India
sering terjadi peperangan antargolongan di dalam masyarakat. Para prajurit yang
kalah atau jenuh menghadapi perang, lantas meninggalkan India. Rupanya,
diantara mereka ada pula yang sampai ke wilayah Indonesia. Mereka inilah yang
kemudian berusaha mendirikan koloni-koloni baru sebagai tempat tinggalnya. Di
tempat itu pula terjadi proses penyebaran agama dan budaya Hindu. F.D.K. Bosch
adalah salah seorang pendukung hipotesis ksatria.
c.
Teori Waisya
Menurut para pendukung hipotesis waisya, kaum waisya yang
berasal dari kelompok pedagang telah berperan dalam menyebarkan budaya Hindu ke
Nusantara. Para pedagang banyak berhubungan dengan para penguasa beserta
rakyatnya. Jalinan hubungan itu telah membuka peluang bagi terjadinya proses
penyebaran budaya Hindu. N.J. Krom adalah salah satu pendukung dari hipotesis
waisya.
d.
Teori Sudra
Von van Faber mengungkapkan bahwa peperangan yang tejadi di
India telah menyebabkan golongan sudra menjadi orang buangan. Mereka kemudian
meninggalkan India dengan mengikuti kaum waisya. Dengan jumlah yang besar,
diduga golongan sudralah yang memberi andil dalam penyebaran budaya Hindu ke
Nusantara.
Selain pendapat di
atas, para ahli menduga banyak pemuda di wilayah Indonesia yang belajar agama
Hindu dan Buddha ke India. Di perantauan mereka mendirikan organisasi yang
disebut Sanggha. Setelah memperoleh ilmu yang banyak, mereka kembali untuk
menyebarkannya. Pendapat semacam ini disebut Teori Arus Balik.
2.
4 (empat) dari Kerajaan kerajaan yg bercorak Hindu dan Budha di
Indonesia.
a.
Kerajaan.Kutai.
Kerajaan Hindu pertama di Indonesia. Terletak di Tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Di Kutai ditemukan prasasti berupa "yupa" yaitu tugu batu yang digunakan dalam upacara kurban. Yupa ini bertuliskan huruf Pallawa dan Bahasa Sankserta, diperkirakan berasal dari tahun 400 M. Dalam Yupa diterangkan mengenai silsilah raja-raja Kutai. Raja Kutai yang pertama adalah Kudungga(nama ini diperkirakan asli orang Indonesia). Kudungga mempunyai putra yang bernama Aswawarman, nama ini diperkirakan berasal dari India sehingga Aswawarman dianggap sebagai "wangsakarta" atau pembentuk keluarga/dinasti. Selain itu ia juga dijuluki "Ansuman" atau dewa matahari. Aswawarman mempunyai putra bernama Mulawarman. Mulawarman adalah raja yang terbesar/terkenal di Kutai.
Kerajaan Hindu pertama di Indonesia. Terletak di Tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Di Kutai ditemukan prasasti berupa "yupa" yaitu tugu batu yang digunakan dalam upacara kurban. Yupa ini bertuliskan huruf Pallawa dan Bahasa Sankserta, diperkirakan berasal dari tahun 400 M. Dalam Yupa diterangkan mengenai silsilah raja-raja Kutai. Raja Kutai yang pertama adalah Kudungga(nama ini diperkirakan asli orang Indonesia). Kudungga mempunyai putra yang bernama Aswawarman, nama ini diperkirakan berasal dari India sehingga Aswawarman dianggap sebagai "wangsakarta" atau pembentuk keluarga/dinasti. Selain itu ia juga dijuluki "Ansuman" atau dewa matahari. Aswawarman mempunyai putra bernama Mulawarman. Mulawarman adalah raja yang terbesar/terkenal di Kutai.
b.
Kerajaan.Tarumanegara.
Kerajaan Hindu ini terletak di dekat sungai Citarum, Jawa Barat. Kerajaan ini di perkirakan berdiri tahun 450 M. Raja yang paling terkenal adalah Purnawarman. Ia adalah raja yang sangat baik terhadap rakyat, hal ini dibuktikan dengan pembuatan irigasi atau sungai untuk mengairi sawah dan mencegah banjir, sungai ini diberi nama sungai "Gomati". Prasasti-prasasti peninggalan kerajaan Tarumanegara antara lain Prasasti Tugu, Munjul, Kebon Kopi, Pasir Awi, Jambu,Ciaruteun, dan Muara Cianten.
Kerajaan Hindu ini terletak di dekat sungai Citarum, Jawa Barat. Kerajaan ini di perkirakan berdiri tahun 450 M. Raja yang paling terkenal adalah Purnawarman. Ia adalah raja yang sangat baik terhadap rakyat, hal ini dibuktikan dengan pembuatan irigasi atau sungai untuk mengairi sawah dan mencegah banjir, sungai ini diberi nama sungai "Gomati". Prasasti-prasasti peninggalan kerajaan Tarumanegara antara lain Prasasti Tugu, Munjul, Kebon Kopi, Pasir Awi, Jambu,Ciaruteun, dan Muara Cianten.
c.
Kerajaan..Sriwijaya
Kerajaan sriwijaya diperoleh dari berita perjalanan I-Tsing,
seorang pendeta Budha dari Cina. Sriwijaya merupakan kerajaan Budha yang berada
di Sumatra Selatan. Selain dari I-Tsing, keterangan mengenai Sriwijaya juga
diperoleh dari Prasasti-prasasti antara lain : Prasasti kedukan bukit yang
berisi tentang perjalanan suci Sang Dapunta Hyang, Prasasti Kota Kapur yang
berisi permintaan kepada para dewa untuk menjaga kesatuan Sriwijaya, Prasasti
Telaga Batu yang berisi kutukan terhadap mereka yang berbuat kejahatan,
prasasti Talang tuo dan prasasti Karang Berahi. Raja yang pernah berkuasa
adalah Sri Jayanaga, Balaputradewa (raja yang paling terkenal), dan Sri
Sanggramawijayatunggawarman. Kerajaan Sriwijaya runtuh akibat serangan Raja
Colamanda dari India dan Ekspedisi Pamalayu dari Singosari.
d.
Kerajaan.Mataram.Kuno
Kerajaan ini diperoleh berdasarkan prasasti Gunung Wukir, Magelang. Kerajaan ini diperintah oleh Raja Sanjaya dan Raja Sanna (Sanjaya adalah keponakan Sanna. Kerajaan Mataram diperintah oleh raja-raja dari Dinasti Sanjaya (yang menganut agama Hindu ) dan raja-raja dari Dinasti Syailendra (yang menganut Agama Budha). Setelah Raja Sanjaya meninggal, Mataram diperintah oleh Rakai Panangkaran. Setelah Panangkaran yang berkuasa adalah Samaratungga, pada masa kekuasaan Samaratungga dibangun Candi Borobudur. Pengganti Samaratungga adalah menantunya yaitu Rakai Pikatan (suami dari Pramodhawardani). Kerajaan Mataram mencapai Puncak kejayaan pada masa kepemimpinan Raja Balitung.
Pada tahun 929 M, pusat kerajaan Mataram dipindahkan ke Watugaluh (JawaTimur) oleh Empu Sindok. Hal ini dilakukan untuk menghindari ancaman bahaya letusan gunung berapi. Pengganti Empu Sindok adalah Dharmawangsa. Ketika kepemimpinannya terjadi peristiwa "Pralaya Medang" yaitu penyerbuan Mataram oleh Wura Wari (bawahan Darmawangsa yang dihasut oleh Sriwijaya). Pengganti Dharmawangsa sekaligus raja terakhir Mataram adalah Airlangga. Airlangga adalah menantu Dharmawangsa. Berakhirnya kerajaan mataram karena Airlangga membagi kerajaan menjadi dua untuk menghindari perebutan kekuasaan antara putra Darmawangsa dan putra Airlangga, Mapanji Garasakan. Mataram dibagi menjadi dua yaitu Jenggala atau singosari yang beribu kota di kahuripan dan Panjalu atau Kediri yang beribu kota di Daha.
Kerajaan ini diperoleh berdasarkan prasasti Gunung Wukir, Magelang. Kerajaan ini diperintah oleh Raja Sanjaya dan Raja Sanna (Sanjaya adalah keponakan Sanna. Kerajaan Mataram diperintah oleh raja-raja dari Dinasti Sanjaya (yang menganut agama Hindu ) dan raja-raja dari Dinasti Syailendra (yang menganut Agama Budha). Setelah Raja Sanjaya meninggal, Mataram diperintah oleh Rakai Panangkaran. Setelah Panangkaran yang berkuasa adalah Samaratungga, pada masa kekuasaan Samaratungga dibangun Candi Borobudur. Pengganti Samaratungga adalah menantunya yaitu Rakai Pikatan (suami dari Pramodhawardani). Kerajaan Mataram mencapai Puncak kejayaan pada masa kepemimpinan Raja Balitung.
Pada tahun 929 M, pusat kerajaan Mataram dipindahkan ke Watugaluh (JawaTimur) oleh Empu Sindok. Hal ini dilakukan untuk menghindari ancaman bahaya letusan gunung berapi. Pengganti Empu Sindok adalah Dharmawangsa. Ketika kepemimpinannya terjadi peristiwa "Pralaya Medang" yaitu penyerbuan Mataram oleh Wura Wari (bawahan Darmawangsa yang dihasut oleh Sriwijaya). Pengganti Dharmawangsa sekaligus raja terakhir Mataram adalah Airlangga. Airlangga adalah menantu Dharmawangsa. Berakhirnya kerajaan mataram karena Airlangga membagi kerajaan menjadi dua untuk menghindari perebutan kekuasaan antara putra Darmawangsa dan putra Airlangga, Mapanji Garasakan. Mataram dibagi menjadi dua yaitu Jenggala atau singosari yang beribu kota di kahuripan dan Panjalu atau Kediri yang beribu kota di Daha.
3.
Beberapa factor penyebab runtuhnya kerajaan bercorak hindu budha antara lain :
a.
Terdesaknya
kerajaan-kerajaan sebagai akibat munculnya kerajaan yang lebih besar dan lebih
kuat.
b.
Tidak ada
peralihan kepemimpinan atau kaderisasi seperti yang terjadi pada zaman
majapahit.
c.
Berlangsungnya perang saudara yang justru
melemahkan kekuasaan kerajaan, seperti yang terjadi pada kerajaan syailendra
dan Majapahit.
d.
Banyak daerah yang melepaskan diri akibat
lemahnya pengawasan pemerintah pusat dan raja-raja bawahan membangun sebuah
kerajaan yang merdeka serta tidak terikat lagi oleh pemerintah pusat.
e.
Kemunduran ekonomi perdagangan. Akibat
kelemahan pemerintah pusat, masalah perekonomian dan perdagangan diambil alih
oleh para pedagang melayu dan Islam.
f.
Tersiarnya
agama dan budaya islam yang mudah diterima para adipati di daerah
pesisir. Hal ini membuat mereka merasa tidak terikat lagi dengan pemerintahan kerajaan pusat seperti pada masa kekuasaan kerajaan majapahit.
pesisir. Hal ini membuat mereka merasa tidak terikat lagi dengan pemerintahan kerajaan pusat seperti pada masa kekuasaan kerajaan majapahit.
Keruntuhan Majapahit antara lain akibat tidak ada tokoh yang
cakap dan berwibawa sesudah wafatnya Hayam Wuruk dan Gajah Mada, Terjadi Perang
paregrek (perang saudara) antara Bhre Wirabumi dan Wikramawardhana, Banyak
negeri bawahan Majapahit yang berusaha melepaskan diri, dan Berkembangnya agama
Islam di pesisir Pantai Utara Jawa.
4.
Kerajaan kerajaan Islam di Indonesia
a. Kerajaan
Samudera Pasai
Kerajaan ini didirikan oleh
Sultan Malik Al-saleh dan sekaligus sebagai raja pertama pada abad ke-13.
Kerajaan Samudera Pasai terletak di sebelah utara Perlak di daerah Lhok Semawe
sekarang (pantai timur Aceh). Sebagai sebuah kerajaan, raja silih berganti
memerintah di Samudra Pasai. Raja-raja yang pernah memerintah Samudra Pasai
adalah seperti berikut.
(1) Sultan Malik Al-saleh
berusaha meletakkan dasar-dasar kekuasaan Islam dan berusaha mengembangkan
kerajaannya antara lain melalui perdagangan dan memperkuat angkatan perang.
Samudra Pasai berkembang menjadi negara maritim yang kuat di Selat Malaka.
(2) Sultan Muhammad (Sultan
Malik al Tahir I) yang memerintah sejak 1297-1326. Pada masa pemerintahannya
Kerajaan Perlak kemudian disatukan dengan Kerajaan Samudra Pasai.
(3) Sultan Malik al Tahir II
(1326 – 1348 M). Raja yang bernama asli Ahmad ini sangat teguh memegang ajaran
Islam dan aktif menyiarkan Islam ke negeri-negeri sekitarnya. Akibatnya,
Samudra Pasai berkembang sebagai pusat penyebaran Islam. Pada masa
pemerintahannya, Samudra Pasai memiliki armada laut yang kuat sehingga para
pedagang merasa aman singgah dan berdagang di sekitar Samudra Pasai. Namun,
setelah muncul Kerajaan Malaka, Samudra Pasai mulai memudar. Pada tahun 1522
Samudra Pasai diduduki oleh Portugis. Keberadaan Samudra Pasai sebagai kerajaan
maritim digantikan oleh Kerajaan Aceh yang muncul kemudian. Samudera Pasai
merupakan kerajaan dagang yang makmur. Banyak pedagang dari Jawa, Cina, dan
India yang datang ke sana. Hal ini mengingat letak Samudera Pasai yang
strategis di Selat Malaka. Mata uangnya uang emas yang disebur deureuham
(dirham).
Di bidang agama, Samudera Pasai
menjadi pusat studi Islam. Kerajaan ini menyiarkan Islam sampai ke Minangkabau,
Jambi, Malaka, Jawa, bahkan ke Thailand. Dari Kerajaan Samudra Pasai inilah
kader-kader Islam dipersiapkan untuk mengembangkan Islam ke berbagai daerah.
Salah satunya ialah Fatahillah. Ia adalah putra Pasai yang kemudian menjadi
panglima di Demak kemudian menjadi penguasa di Banten.
b. Kerajaan Aceh
Kerajaan Islam berikutnya di
Sumatra ialah Kerajaan Aceh. Kerajaan yang didirikan oleh Sultan Ibrahim yang
bergelar Ali Mughayat Syah (1514-1528), menjadi penting karena mundurnya
Kerajaan Samudera Pasai dan berkembangnya Kerajaan Malaka.Pusat pemerintahan
Kerajaan Aceh ada di Kutaraja (Banda Acah sekarang). Corak pemerintahan di Aceh
terdiri atas dua sistem: pemerintahan sipil di bawah kaum bangsawan, disebut
golongan teuku; dan pemerintahan atas dasar agama di bawah kaum ulama, disebut
golongan tengku atau teungku.Sebagai sebuah kerajaan, Aceh mengalami masa maju
dan mundur. Aceh mengalami kemajuan pesat pada masa pemerintahan Sultan
Iskandar Muda (1607- 1636). Pada masa pemerintahannya, Aceh mencapai zaman
keemasan. Aceh bahkan dapat menguasai Johor, Pahang, Kedah, Perak di
Semenanjung Melayu dan Indragiri, Pulau Bintan, dan Nias. Di samping itu, Iskandar
Muda juga menyusun undang-undang tata pemerintahan yang disebut Adat Mahkota
Alam.Setelah Sultan Iskandar Muda, tidak ada lagi sultan yang mampu
mengendalikan Aceh. Aceh mengalami kemunduran di bawah pimpinan Sultan Iskandar
Thani (1636- 1641). Dia kemudian digantikan oleh permaisurinya, Putri Sri Alam
Permaisuri (1641- 1675). Sejarah mencatat Aceh makin hari makin lemah akibat
pertikaian antara golongan teuku dan teungku, serta antara golongan aliran
syiah dan sunnah sal jama’ah. Akhirnya, Belanda berhasil menguasai Aceh pada
tahun 1904.
c. Kerajaan
Demak dan Kerajaan Pajang dengan Peninggalannya
Demak adalah kerajaan Islam
pertama di Pulau Jawa. Kerajaan yang didirikan oleh Raden Patah ini pada
awalnya adalah sebuah wilayah dengan nama Glagah atau Bintoro yang berada di
bawah kekuasaan Majapahit. Majapahit mengalami kemunduran pada akhir abad
ke-15. Kemunduran ini memberi peluang bagi Demak untuk berkembang menjadi kota besar dan pusat perdagangan. Dengan
bantuan para ulama Walisongo, Demak berkembang menjadi pusat penyebaran agama
Islam di Jawa dan wilayah timur Nusantara.Sebagai kerajaan, Demak
diperintah silih berganti oleh raja-raja. Demak didirikan oleh Raden Patah
(1500-1518) yang bergelar Sultan Alam Akhbar al Fatah. Raden Patah sebenarnya
adalah Pangeran Jimbun, putra raja Majapahit. Pada masa pemerintahannya, Demak
berkembang pesat. Daerah kekuasaannya meliputi daerah Demak sendiri, Semarang,
Tegal, Jepara dan sekitarnya, dan cukup berpengaruh di Palembang dan Jambi di
Sumatera, serta beberapa wilayah di Kalimantan. Karena memiliki bandar-bandar
penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Gresik, Raden Patah memperkuat armada
lautnya sehingga Demak berkembang menjadi negara maritim yang kuat. Dengan
kekuatannya itu, Demak mencoba menyerang Portugis yang pada saat itu menguasai
Malaka. Demak membantu Malaka karena kepentingan Demak turut terganggu dengan
hadirnya Portugis di Malaka. Namun, serangan itu gagal.Raden Patah kemudian
digantikan oleh Adipati Unus (1518-1521). Walau ia tidak memerintah lama,
tetapi namanya cukup terkenal sebagai panglima perang yang berani. Ia berusaha
membendung pengaruh Portugis jangan sampai meluas ke Jawa. Karena mati muda,
Adipati Unus kemudian digantikan oleh adiknya, Sultan Trenggono (1521-1546). Di
bawah pemerintahannya, Demak mengalami masa kejayaan. Trenggono berhasil
membawa Demak memperluas wilayah kekuasaannya. Pada tahun 1522, pasukan Demak
di bawah pimpinan Fatahillah menyerang Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Baru
pada tahun 1527, Sunda Kelapa berhasil direbut. Dalam penyerangan ke Pasuruan
pada tahun 1546, Sultan Trenggono gugur. Sepeninggal
Sultan Trenggono, Demak mengalami kemunduran. Terjadi perebutan kekuasaan
antara Pangeran Sekar Sedolepen, saudara Sultan Trenggono yang seharusnya
menjadi raja dan Sunan Prawoto, putra sulung Sultan Trenggono. Sunan Prawoto
kemudian dikalahkan oleh Arya Penangsang, anak Pengeran Sekar Sedolepen.Namun,
Arya Penangsang pun kemudian dibunuh oleh Joko Tingkir, menantu Sultan
Trenggono yang menjadi Adipati di Pajang. Joko Tingkir (1549-1587) yang
kemudian bergelar Sultan Hadiwijaya memindahkan pusat Kerajaan Demak ke Pajang.
Kerajaannya kemudian dikenal
dengan nama Kerajaan Pajang. Sultan Hadiwijaya kemudian membalas jasa para
pembantunya yang telah berjasa dalam pertempuran melawan Arya Penangsang.
Mereka adalah Ki Ageng Pemanahan menerima hadiah berupa tanah di daerah Mataram
(Alas Mentaok), Ki Penjawi dihadiahi wilayah di daerah Pati, dan keduanya
sekaligus diangkat sebagai bupati di daerahnya masing-masing. Bupati Surabaya
yang banyak berjasa menundukkan daerah-daerah di Jawa Timur diangkat sebagai
wakil raja dengan daerah kekuasaan Sedayu, Gresik, Surabaya, dan
Panarukan.Ketika Sultan Hadiwijaya meninggal, beliau digantikan oleh putranya
Sultan Benowo. Pada masa pemerintahannya, Arya Pangiri, anak dari Sultan
Prawoto melakukan pemberontakan. Namun, pemberontakan tersebut dapat dipadamkan
oleh Pangeran Benowo dengan bantuan Sutawijaya, anak angkat Sultan Hadiwijaya.
Tahta Kerajaan Pajang kemudian diserahkan Pangeran Benowo kepada Sutawijaya.
Sutawijaya kemudian memindahkan pusat Kerajaan Pajang ke Mataram.
Di bidang keagamaan, Raden
Patah dan dibantu para wali, Demak tampil sebagai pusat penyebaran Islam. Raden
Patah kemudian membangun sebuah masjid yang megah, yaitu Masjid Demak. Dalam
bidang perekonomian, Demak merupakan pelabuhan transito (penghubung) yang
penting. Sebagai pusat perdagangan Demak memiliki pelabuhan-pelabuhan penting,
seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Gresik. Bandar-bandar
tersebut menjadi penghubung daerah penghasil rempah-rempah dan pembelinya.
d. Kerajaan Mataram dan Peninggalannya
Sutawijaya yang mendapat
limpahan Kerajaan Pajang dari Sutan Benowo kemudian memindahkan pusat
pemerintahan ke daerah kekuasaan ayahnya, Ki Ageng Pemanahan, di Mataram.
Sutawijaya kemudian menjadi raja Kerajaan Mataram dengan gelar Panembahan
Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama. Pemerintahan Panembahan Senopati
(1586-1601) tidak berjalan dengan mulus karena diwarnai oleh
pemberontakan-pemberontakan. Kerajaan yang berpusat di Kotagede (sebelah
tenggara kota Yogyakarta sekarang) ini selalu terjadi perang untuk menundukkan
para bupati yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Mataram, seperti Bupati
Ponorogo, Madiun, Kediri, Pasuruan bahkan Demak. Namun, semua daerah itu dapat
ditundukkan. Daerah yang terakhir dikuasainya ialah Surabaya dengan bantuan
Sunan Giri. Setelah Senopati wafat, putranya Mas Jolang (1601-1613) naik tahta
dan bergelar Sultan Anyakrawati. Dia berhasil menguasai Kertosono, Kediri, dan
Mojoagung. Ia wafat dalam pertempuran di daerah Krapyak sehingga kemudian
dikenal dengan Pangeran Sedo Krapyak.
Mas Jolang kemudian digantikan
oleh Mas Rangsang (1613-1645). Raja Mataram yang bergelar Sultan Agung Senopati
ing Alogo Ngabdurracham ini kemudian lebih dikenal dengan nama Sultan Agung.
Pada masa pemerintahannya, Mataram mencapai masa keemasan. Pusat pemerintahan
dipindahkan ke Plered. Wilayah kekuasaannya meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur,
dan sebagian Jawa Barat. Sultan Agung bercita-cita
mempersatukan Jawa. Karena merasa sebagai penerus Kerajaan Demak, Sultan Agung
menganggap Banten adalah bagian dari Kerajaan Mataram. Namun, Banten tidak mau
tunduk kepada Mataram. Sultan Agung kemudian berniat untuk merebut
Banten.Namun, niatnya itu terhambat karena ada VOC yang menguasai Sunda Kelapa.
VOC juga tidak menyukai Mataram. Akibatnya, Sultan Agung harus berhadapan dulu
dengan VOC. Sultan Agung dua kali berusaha menyerang VOC: tahun 1628 dan 1629.
Penyerangan tersebut tidak
berhasil, tetapi dapat membendung pengaruh VOC di Jawa. Sultan Agung membagi sistem pemerintahan Kerajaan Mataram seperti
berikut.
(1) Kutanegara, daerah pusat
keraton. Pelaksanaan pemerintahan dipegang oleh Patih Lebet (Patih Dalam) yang
dibantu Wedana Lebet (Wedana Dalam).
(2) Negara Agung, daerah sekitar
Kutanegara. Pelaksanaan pemerintahan dipegang Patih Jawi (Patih
Luar) yang dibantu Wedana Jawi (Wedana Luar).
(3) Mancanegara, daerah di luar
Negara Agung. Pelaksanaan pemerintahan dipegang oleh para Bupati.
(4) Pesisir, daerah pesisir.
Pelaksanaan pemerintahan dipegang oleh para Bupati atau
syahbandar.
Sultan Agung wafat pada tahun
1645 dan digantikan oleh Amangkurat I (1645-1677). Amangkurat I menjalin
hubungan dengan Belanda. Pada masa pemerintahannya. Mataram diserang oleh
Trunojaya dari Madura, tetapi dapat digagalkan karena dibantu Belanda. Amangkurat
I kemudian digantikan oleh Amangkurat II (1677-1703). Pada masa
pemerintahannya, wilayah Kerajaan Mataram makin menyempit karena diambil oleh
Belanda. Setelah Amangkurat II, raja-raja yang memerintah Mataram sudah tidak
lagi berkuasa penuh karena pengaruh Belanda yang sangat kuat. Bahkan pada tahun
1755, Mataram terpecah menjadi dua
akibat Perjanjian Giyanti: Ngayogyakarta Hadiningrat (Kesultanan Yogyakarta)
yang berpusat di Yogyakarta dengan
raja Mangkubumi yang bergelar Hamengku Buwono I dan Kesuhunan Surakarta yang
berpusat di Surakarta dengan raja Susuhunan Pakubuwono III. Dengan demikian,
berakhirlah Kerajaan Mataram. Kehidupan sosial ekonomi Mataram cukup maju.
Sebagai kerajaan besar, Mataram maju hampir dalam segala bidang, pertanian,
agama, budaya. Pada zaman Kerajaan Majapahit, muncul kebudayaan Kejawen,
gabungan antara kebudayaan asli Jawa, Hindu, Buddha, dan Islam, misalnya
upacara Grebeg, Sekaten. Karya kesusastraan yang terkenal adalah
Sastra Gading karya Sultan Agung.
5.
Hikmah
yg kita dapat dalam mempelajari kerajaan Hindu Budha dan kerajaan Islam
Jika kita
belajar sejarah hindu budha maka manfaat yang akan kita peroleh antara lain:
a.
Kita
dapat mengetahui gambaran kehidupan masa lalu dan membandingkannya dengan kehidupan
sekarang.
b.
Kita dapat mengambil pelajaran dari kehidupan
masa lalu. Sesuatu yang baik kita tiru dan kita kembangkan, sedangkan sesuatu
yang buruk kita tinggalkan.
c.
Kita
dapat mengagumi dan menikmati keunikan kehidupan masa lalu beserta karya
manusia di masa lalu.
d.
Setelah
mengetahui manfaat belajar sejarah tentunya kita lebih semangat untuk belajar sejarah kerajaan
hindu budha serta kerajaan islam
sehingga kita dapat mengetahui bagaimana kehidupan kerajaan tersebut, dan dapat
menambah wawasan kita.
e.
Kita
dapat mengetahui bukti-bukti adanya
kerajaan hindu budha dan kerajaan Islam misalnya prasasti, candi, patung, masjid
peninggalannya dll. Kita dapat mengetahui bagaimana perkembangan kerajaan hindu
budha dan kerajaan islam di Indonesia,serta pada zaman kepemimpinan siapa
mengalami kejayaan serta sebab terjadinya keruntuhan kerajaan tersebut.
f.
Dengan
dianutnya agama islam oleh masyarakat Indonesia maka:
-Masyarakat
dibebaskan dari penyembahan berhala
- Rasa persamaan
dan keadilan dalam Islam
-Ada rasa cinta
tanah air dan kebangsaan
-Yg diajarkan
dalam Islam adalah agama yg cinta damai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar