Jumat, 29 Juni 2012

ACTIVE LEARNING


           Mata pelajaran Fiqih di MI merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada hukum-hukum islam yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sebagai tuntunan menuju kebaikan, sehingga dapat menjadi manusia yang berakhlak mulia. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran Fiqih maka muncul suatu metode yang hampir sama dengan CBSA yakni active learning. Sesungguhnya belajar aktif memperoleh inspirasi dari pernyataan (Confusius, 2004 ) mengatakan: Yang saya dengar, saya lupa. Yang saya lihat, saya ingat. Yang saya kerjakan, saya pahami.
Berhubungan dengan pemakaian strategi active learning di sekolah , merupakan upaya untuk dapat meningkatkan Proses Belajar dan Hasil Belajar Fiqih   serta  meningkatkan motivasi belajar siswa.
Dalam  pembelajaran fikih dapat menerapkan semua dari 101 metode pembelajaran  aktif
Pembelajaran aktif lebih banyak dipergunakan dalam penbelajaran dibandingkan dari pada pembelajaran konfensional untuk mencapai tujuan belajar karena siswa lebih aktif (student centre) kalau metode konfensional lebih pada guru yg aktif (teacher centre)



memahami1
                                                   BAB II
ACTIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN FIKIH DI MI/SD
A.   Pengertian.

 Active Learning  berasal dari bahasa Inggris. active adalah  aktif; bersemangat  atau  ikut  giat .Sedangkan learning adalah pembelajaran. Sehingga active learning berarti pembelajaran aktif. Pembelajaran adalah Suatu proses atau cara yg dilakukan agar seseorang dapat melakukan kegiatan belajar . Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku karena interaksi  dengan individu atau lingkungan dan pengalaman
Sedangkan menurut Hisyam zaini (2002) metode active  learning adalah metode pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif, dengan menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi  pelajaran, memecahkan  masalah, atau  mengaplikasikan  apa yang baru mereka  ketahui ke  dalam  persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Disini dimaksutkan Pembelajaran aktif (active learning) untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.
Fikih adalah Ilmu pengetahuan tentang hokum hokum syara’ (agama) tentang perbuatan manusia yg digali atau ditemukan dari dalil dalil terperinci.
B.     Tujuan Pembelajaran Fikih di M I
Mata pelajaran Fikih di Madrasah Ibtidaiyab bertujuan membekali peserta siswa:
1.Mengetahui dan membekali cara cara pelaksanaan hokum islam, baik yg menyangkut ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan social.
2. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hokum islam dengan benar dan baik sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran agama islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesame manusia dan makhluk lainya maupun hubungan dengan lingkungannya.
2
Mata Pelajaran Fiqih di MI merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada hokum hukum islam yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sebagai tuntunan menuju kebaikan, sehingga dapat menjadi manusia yang berakhlak mulia. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran Fiqih maka muncul suatu metode yang hampir sama dengan CBSA yakni active learning. dengan CBSA yakni active learning.  Pernyataan (Confusius, 2004) mengatakan:  yang saya dengar, saya lupa   yang  saya lihat, saya ingat .yang saya kerjakan, saya  pahami.  Berhubungan dengan pemakaian strategi active learning di sekolah , merupakan upaya untuk dapat meningkatkan Proses Belajar dan Hasil Belajar  serta  meningkatkan motivasi belajar siswa.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa perhatian anak didik berkurang bersamaan dengan berlalunya waktu. Penelitian Pollio (1984) menunjukkan bahwa siswa dalam ruang kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40% dari waktu pembelajaran yang tersedia. Sementar
penelitian McKeachie (1986) menyebutkan bahwa dalam sepuluh menit pertama perthatian siswa dapat mencapai 70%, dan berkurang sampai menjadi 20% pada waktu 20 menit terakhir. Kondisi tersebut di atas merupakan kondisi umum yang sering terjadi di lingkungan sekolah. Hal ini
menyebabkan seringnya terjadi kegagalan dalam dunia pendidikan kita, terutama disebabkan anak didik di ruang kelas lebih banyak menggunakan indera pendengarannya dibandingkan visual, sehingga apa yang dipelajari di kelas tersebut cenderung untuk dilupakan. Sebagaimana yang diungkapkan Konfuciu sseperti tersebut diatas  Pernyataan (Confusius, 2004) mengatakan
 Ketiga pernyataan ini (maksudnya kata kata bijak tersebut)  menekankan pada pentingnya belajar aktif agar apa yang dipelajari di bangku sekolah tidak menjadi suatu hal yang sia-sia. Ungkapan di atas sekaligus menjawab permasalahan yang sering dihadapi dalam proses pembelajaran, yaitu tidak tuntasnya penguasaan anak didik terhadap materi pembelajaran.  Mel Silberman (2001) memodifikasi dan memperluas pernyataan Confucius di atas menjadi apa yang disebutnya dengan belajar aktif (active learning), yaitu : Apa yang saya dengar, saya lupa Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai. Kebanyakan orang cenderung melupakan apa yang mereka dengar. karena adanya perbedaan antara kecepatan bicara guru dengan tingkat kemampuan siswa mendengarkan apa yang disampaikan guru. Kebanyakan guru berbicara sekitar 100-200 kata per menit, sementara anak didik hanya mampu mendengarkan 50-100  kata
per menitnya (setengah dari apa yang dikemukakan guru), karena siswa mendengarkan pembicaraan guru sambil berpikir. Otak   manusia selalu mempertanyakan setiap informasi yang masuk ke dalamnya, dan otak juga memproses setiap informasi yang ia terima, sehingga perhatian tidak dapat tertuju pada stimulus secara menyeluruh. Hal ini menyebabkan tidak semua yang dipelajari dapat diingat dengan baik .Penambahan visual pada proses pembelajaran dapat menaikkan ingatan hingga 117% dari ingatan semula. Dengan penambahan visual, kesan yang masuk dalam diri anak didik semakin kuat, sehingga dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan hanya menggunakan audio (pendengaran) saja. Hal ini disebabkan karena fungsi sensasi perhatian yang dimiliki siswa saling menguatkan, apa yang didengar dikuatkan oleh penglihatan (visual), dan apa yang dilihat dikuatkan oleh audio (pendengaran). Dalam arti kata pada pembelajaran seperti ini sudah diikuti oleh reinforcement yang sangat membantu bagi pemahaman anak didik terhadap materi pembelajaran
Cara.kerja.otak.
Belahan kanan otak manusia bekerja 10.000 kali lebih cepat dari belahan kiri otak sadar. Pemakaian bahasa membuat orang berpikir dengan kecepatan kata. Otak limbik (bagian otak yang lebih dalam) bekerja 10.000 kali lebih cepat dari korteks otak kanan, serta mengatur dan mengarahkan seluruh proses otak kanan. Oleh karena itu sebagian proses mental jauh lebih cepat dibanding pengalaman atau pemikiran sadar seseorang (Win Wenger, 2003:12-13). Strategi pembelajaran konvensional pada umumnya lebih banyak menggunakan belahan otak kiri (otak sadar) saja, sementara belahan otak kanan kurang diperhatikan. Pada pembelajaran dengan Active learning (belajar aktif) pemberdayaan otak kiri dan kanan sangat dipentingkan.
Thorndike,(BimoWagito,1997)mengemukakan,3.hukum.belajar,yaitu:
1. law of readiness, yaitu kesiapan seseorang untuk berbuat dapat memperlancar hubungan antara.stimulusdan.respons.
2. law of exercise, yaitu dengan adanya ulangan-ulangan yang selalu dikerjakan maka hubungan antara.stimulus.dan.responsakanmenja.dilancar.
3. law of effect, yaitu hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lebih baik jika dapat menimbulkan hal-hal yang menyenangkan, dan hal ini cenderung akan selalu diulang.
Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus-stimulus kepada anak didik, agar terjadinya respons yang positif pada diri anak didik. Respons akan menjadi kuat jika stimulusnya juga kuat. Ulangan-ulangan terhadap stimulus dapat memperlancar hubungan antara stimulus dan respons. Hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lebih baik kalau dapat menghasilkan hal-hal yang menyenangkan. Efek menyenangkan yang ditimbulkan stimulus akan mampu member kesan yang mendalam pada diri anak didik Active learning (belajar aktif) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Dengan memberikan strategi active learning (belajar aktif) pada anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada,tujuan pembelajaran dengan sukses .Hal ini kurang diperhatikan pada pembelajaran konvensional
.Dalam metode active learning (belajar aktif) setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Agar murid dapat belajar secara aktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar. (Mulyasa, 2004:241)
C.    Perbedaan pendekatan pembelajaran Active learning (belajar aktif) dan pendekatan  konvensional.

Pembelajaran konvensional                                              Pembelajaran Active learning
-. Berpusat pada guru                                                           -   Berpusat pada anak didik
- Penekanan pada menerima pengetahuan                           -   Penekanan pada menemukan penget
- Kurang menyenangkan                                                      -   Sangat menyenangkan
- Kurang memberdayakan semua                                         -   Memberdayakan semua
  indera dan potensi anak didik                                                 indera dan potensi anak didik
- Menggunakan metode yang monoton                               -    Menggunakan banyak metode
- Kurang banyak media yang digunakan                             -    Menggunakan banyak media
- Tidak perlu disesuaikan dengan                                         -   Disesuaikan dengan
   pengetahuan yang sudah ada                                                  pengetahuan yang sudah ada
Dari perbandingan di atas dapat dijadikan bahan pertimbangan dan alasan untuk menerapkan strategi pembelajaran active learning (belajar aktif) dalam pembelajaran dikelas. Selain itu beberapa hasil penelitian yang ada menganjurkan agar anak didik tidak hanya sekedar mendengarkan saja di dalam kelas. Mereka perlu membaca, menulis, berdiskusi atau bersama-sama dengan anggta kelas yang lain dalam memecahkan masalah.  Yang paling penting adalah bagaimana membuat anak didik menjadi aktif, sehingga mampu pula mengerjakan tugas-tugas yang menggunakan kemampuan berpikir yang lebih tinggi, seperti menganalisis, membuat sintesis dan mengevaluasi. Dalam konteks ini, maka ditawarkanlah strategi-strategi yang berhubungan dengan belajar aktif. Dalam arti kata menggunakan teknik active learning (belajar aktif) di kelas menjadi sangat penting karena memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar siswa.
D.  Aplikasi Active learning (belajar aktif)
L. Dee Fink (1999) mengemukakan   model active learning (belajar aktif) sebagai berikut.:1.Dialog dengan diri sendiri adalah proses di mana anak didik mulai berpikir secara reflektif mengenai topik yang dipelajari. Mereka menanyakan pada diri mereka sendiri mengenai apa yang mereka pikir atau yang harus mereka pikirkan, apa yang mereka rasakan mengenai topik yang dipelajari. Pada tahap ini guru dapat meminta anak didik untuk membaca sebuah teks dan meminta mereka menulis apa yang mereka pelajari, bagaimana mereka belajar, apa pengaruh bacaan tersebut terhadap diri mereka. Dialog dengan orang lain bukan dimaksudkan sebagai dialog parsial sebagaimana yang terjadi pada pengajaran tradisional, tetapi dialog yang lebih aktif dan dinamis ketika guru membuat diskusi kelompok kecil tentang topik yang dipelajari.
Observasi terjadi ketika siswa memperhatikan atau mendengar seseorang yang sedang melakukan sesuatu hal yang berhubungan dengan apa yang mereka pelajari, apakah itu guru atau teman mereka sendiri. 2. Doing atau berbuat merupakan aktivitas belajar di mana siswa berbuat sesuatu, seperti membuat suatu eksperimen, mengkritik sebuah argumen atau sebuah tulisan dan lainsebagainya. Ada banyak metode yang dapat digunakan dalam menerapkan active learning (belajar aktif) dalam pembelajaran di sekolah.
 Mel Silberman (2001) mengemukakan 101 bentuk metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran aktif. Kesemuanya dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas sesuai dengan jenis materi dan tujuan yang diinginkan dapat dicapai oleh anak didik. Metode tersebut antara lain Trading Place (tempat-tempat perdagangan), Who is in the Class? (siapa di kelas), Group
Resume (resume kelompok), prediction (prediksi), TV Komersial, the company you keep (teman yg anda jaga)QuestionStudentHave (Pertanyaan Peserta Didik), reconnecting (menghubungkan kembali),dan lain sebagainya …
Contoh:  Question.Student.Have.(PertanyaanPeserta.Didik).
Metode Question Student Have ini digunakan untuk mempelajari tentang keinginan dan harapan anak didik sebagai dasar untuk memaksimalkan potensi yang mereka miliki. Metode ini menggunakan sebuah teknik untuk mendapatkan partisipasi siswa melalui tulisan. Hal ini sangat baik digunakan pada siswa yang kurang berani mengungkapkan pertanyaan, keinginan dan harapan-harapannya melalui percakapan
.Prosedur :
1.Bagikan.kartu,kosong,kepada,siswa.
2. Mintalah setiap siswa menulis beberapa pertanyaan yang mereka miliki tentang mata pelajaran atau,sifat.pelajaran.yang.sedang.dipelajari.(fikih)
3. Putarlah kartu tersebut searah keliling jarum jam. Ketika setiap kartu diedarkan pada peserta berikutnya, peserta tersebut harus membacanya dan memberikan tanda cek di sana jika pertanyaan yang sama yang mereka ajukan
4. Saat kartu kembali pada penulisnya, setiap peserta telah memeriksa semua pertanyaan yang diajukan oleh kelompok tersebut. Fase ini akan mengidentifikasi pertanyaan mana yang banyak dipertanyakan. Jawab masing-masing pertanyaan tersebut dengan :
a. Jawaban langsung atau berikan jawaban yang berani
b. Menunda jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut sampai waktu yang tepat
c. Meluruskan pertanyaan yang tidak menunjukkan suatu pertanyaan
5. Panggil beberapa peserta berbagi pertanyaan secara sukarela, sekalipun pertanyaan mereka tidak memperoleh suara terbanyak
6. Kumpulkan semua kartu. Kartu tersebut mungkin berisi pertanyaan-pertanyaan yang mungkin dijawab pada pertemuan berikutnya.
Variasi :
1. Jika kelas terlalu besar dan memakan waktu saat memberikan kartu pada siswa, buatlah kelas menjadi sub- kelompok dan lakukan instruksi yang sama. Atau kumpulkan kartu dengan mudah tanpa menghabiskan waktu dan jawab salah satu pertanyaan
2. Meskipun meminta pertanyaan dengan kartu indeks, mintalah peserta menulis harapan mereka dan atau mengenai kelas, topik yang akan anda bahas atau alasan dasar untuk partisipasi kelas yang akan mereka amati.
3. Variasi dapat pula dilakukan dengan meminta peserta untuk memeriksa dan menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh kelompok tersebut, sehingga fase ini akan dapat mengidentifikasi pertanyaan mana yang mendapat jawaban terbanyak, sebagai indikasi penguasaan anak terhadap objek yang dipertanyakan.
Untuk Pembelajaran fikih di Madrasah Ibtidaiyah  metode metode tersebut dapat diterapkan. Tergantung materi yg akan diterapkan dalam pembelajaran Dalam pembelajaran aktif (active learning) lebih tertuju pada  siswa yg lebih  aktif dan terjadi komunikasi dua arah atau lebih. Dalam hal ini  Guru hanya sebagai fasilitator atau  teman belajar
PENUTUP
A.    SIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan sbb:
1.      Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki
2.       Mel Silberman (2001) memodifikasi dan memperluas pernyataan Confucius di atas menjadi apa yang disebutnya dengan belajar aktif (active learning), yaitu : Apa yang saya dengar, saya lupa Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai.
3.      untuk menerapkan strategi pembelajaran active learning (belajar aktif) dalam pembelajaran dikelas. Selain itu beberapa hasil penelitian yang ada menganjurkan agar anak didik tidak hanya sekedar mendengarkan saja di dalam kelas. Mereka perlu membaca, menulis, berdiskusi atau bersama-sama dengan anggta kelas yang lain dalam memecahkan masalah.  Yang paling penting adalah bagaimana membuat anak didik menjadi aktif, sehingga mampu pula mengerjakan tugas-tugas yang menggunakan kemampuan berpikir yang lebih tinggi, seperti menganalisis, membuat sintesis dan mengevaluasi.
4.      Mel Silberman (2001) mengemukakan 101 bentuk metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran aktif. Kesemuanya dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas sesuai dengan jenis materi dan tujuan yang diinginkan dapat dicapai oleh anak didik.


8
DAFTAR  PUSTAKA

Lukman  Zain 2009,Pembelajaaran Fikih,Depag, Jakarta
Silberman Melvin, l 2011,Active Learning 101 Cara belajar siswa active edisi revisi, Nusa media, Bandung
Nana Sujana, 1998 Cara Belajar Siswa Aktive Dalam Proses Belajar Mengajar,Cv Sinar Baru Ofset. Bandung.
Rozak Abd ,2010,  Permenag no 2 tahun 2008 Tentang Pendidikan, FITK PERS, uin ,Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar