Mata pelajaran Fiqih di MI merupakan
mata pelajaran yang memfokuskan pada hukum-hukum islam yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari sebagai tuntunan menuju kebaikan, sehingga dapat menjadi
manusia yang berakhlak mulia. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran Fiqih maka
muncul suatu metode yang hampir sama dengan CBSA yakni active learning.
Sesungguhnya belajar aktif memperoleh inspirasi dari pernyataan (Confusius,
2004 ) mengatakan: Yang saya dengar, saya lupa. Yang saya lihat, saya ingat.
Yang saya kerjakan, saya pahami.
Berhubungan dengan pemakaian
strategi active learning di sekolah , merupakan upaya untuk dapat meningkatkan
Proses Belajar dan Hasil Belajar Fiqih
serta meningkatkan motivasi
belajar siswa.
Dalam pembelajaran fikih dapat menerapkan semua
dari 101 metode pembelajaran aktif
Pembelajaran
aktif lebih banyak dipergunakan dalam penbelajaran dibandingkan dari pada
pembelajaran konfensional untuk mencapai tujuan belajar karena siswa lebih
aktif (student centre) kalau metode konfensional lebih pada guru yg aktif
(teacher centre)

BAB
II
ACTIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN
FIKIH DI MI/SD
A. Pengertian.
Active
Learning berasal
dari bahasa Inggris. active adalah
aktif; bersemangat atau ikut
giat .Sedangkan learning adalah pembelajaran. Sehingga active
learning berarti pembelajaran aktif. Pembelajaran adalah Suatu proses atau
cara yg dilakukan agar seseorang dapat melakukan kegiatan belajar . Belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku karena interaksi dengan individu atau lingkungan dan
pengalaman
Sedangkan
menurut Hisyam zaini (2002) metode active
learning adalah metode pembelajaran yang mengajak siswa untuk
belajar secara aktif, dengan menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok
dari materi pelajaran,
memecahkan masalah, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka ketahui ke
dalam persoalan yang ada dalam
kehidupan nyata. Disini dimaksutkan Pembelajaran aktif (active learning) untuk mengoptimalkan
penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak
didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik
pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning)
juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju
pada proses pembelajaran.
Fikih adalah Ilmu pengetahuan
tentang hokum hokum syara’ (agama) tentang perbuatan manusia yg digali atau
ditemukan dari dalil dalil terperinci.
B. Tujuan
Pembelajaran Fikih di M I
Mata
pelajaran Fikih di Madrasah Ibtidaiyab bertujuan membekali peserta siswa:
1.Mengetahui
dan membekali cara cara pelaksanaan hokum islam, baik yg menyangkut ibadah
maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan
social.
2.
Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hokum islam dengan benar dan baik
sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran agama islam baik
dalam hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesame
manusia dan makhluk lainya maupun hubungan dengan lingkungannya.
2
Mata
Pelajaran Fiqih di MI merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada hokum
hukum islam yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sebagai tuntunan menuju
kebaikan, sehingga dapat menjadi manusia yang berakhlak mulia. Untuk
meningkatkan mutu pembelajaran Fiqih maka muncul suatu metode yang hampir sama
dengan CBSA yakni active learning. dengan CBSA yakni active learning.
Pernyataan (Confusius, 2004)
mengatakan: yang saya dengar, saya lupa yang saya lihat, saya ingat .yang saya kerjakan,
saya pahami. Berhubungan dengan pemakaian strategi active
learning di sekolah , merupakan upaya untuk dapat meningkatkan
Proses Belajar dan Hasil Belajar
serta meningkatkan motivasi
belajar siswa.
Beberapa penelitian membuktikan
bahwa perhatian anak didik berkurang bersamaan dengan berlalunya waktu.
Penelitian Pollio (1984) menunjukkan bahwa siswa dalam ruang kelas hanya
memperhatikan pelajaran sekitar 40% dari waktu pembelajaran yang tersedia.
Sementar
penelitian McKeachie (1986)
menyebutkan bahwa dalam sepuluh menit pertama perthatian siswa dapat mencapai
70%, dan berkurang sampai menjadi 20% pada waktu 20 menit terakhir. Kondisi
tersebut di atas merupakan kondisi umum yang sering terjadi di lingkungan
sekolah. Hal ini
menyebabkan seringnya terjadi
kegagalan dalam dunia pendidikan kita, terutama disebabkan anak didik di ruang
kelas lebih banyak menggunakan indera pendengarannya dibandingkan visual,
sehingga apa yang dipelajari di kelas tersebut cenderung untuk dilupakan.
Sebagaimana yang diungkapkan Konfuciu sseperti tersebut diatas Pernyataan (Confusius,
2004) mengatakan
Ketiga pernyataan ini (maksudnya kata kata bijak tersebut) menekankan pada pentingnya belajar aktif agar apa yang dipelajari di bangku sekolah tidak menjadi suatu hal yang sia-sia. Ungkapan di atas sekaligus menjawab permasalahan yang sering dihadapi dalam proses pembelajaran, yaitu tidak tuntasnya penguasaan anak didik terhadap materi pembelajaran. Mel Silberman (2001) memodifikasi dan memperluas pernyataan Confucius di atas menjadi apa yang disebutnya dengan belajar aktif (active learning), yaitu : Apa yang saya dengar, saya lupa Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai. Kebanyakan orang cenderung melupakan apa yang mereka dengar. karena adanya perbedaan antara kecepatan bicara guru dengan tingkat kemampuan siswa mendengarkan apa yang disampaikan guru. Kebanyakan guru berbicara sekitar 100-200 kata per menit, sementara anak didik hanya mampu mendengarkan 50-100 kata
Ketiga pernyataan ini (maksudnya kata kata bijak tersebut) menekankan pada pentingnya belajar aktif agar apa yang dipelajari di bangku sekolah tidak menjadi suatu hal yang sia-sia. Ungkapan di atas sekaligus menjawab permasalahan yang sering dihadapi dalam proses pembelajaran, yaitu tidak tuntasnya penguasaan anak didik terhadap materi pembelajaran. Mel Silberman (2001) memodifikasi dan memperluas pernyataan Confucius di atas menjadi apa yang disebutnya dengan belajar aktif (active learning), yaitu : Apa yang saya dengar, saya lupa Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai. Kebanyakan orang cenderung melupakan apa yang mereka dengar. karena adanya perbedaan antara kecepatan bicara guru dengan tingkat kemampuan siswa mendengarkan apa yang disampaikan guru. Kebanyakan guru berbicara sekitar 100-200 kata per menit, sementara anak didik hanya mampu mendengarkan 50-100 kata
per
menitnya (setengah dari apa yang dikemukakan guru), karena siswa mendengarkan
pembicaraan guru sambil berpikir. Otak
manusia selalu mempertanyakan setiap informasi yang masuk ke dalamnya,
dan otak juga memproses setiap informasi yang ia terima, sehingga perhatian
tidak dapat tertuju pada stimulus secara menyeluruh. Hal ini menyebabkan tidak
semua yang dipelajari dapat diingat dengan baik .Penambahan visual pada proses
pembelajaran dapat menaikkan ingatan hingga 117% dari ingatan semula. Dengan
penambahan visual, kesan yang masuk dalam diri anak didik semakin kuat,
sehingga dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan hanya menggunakan audio
(pendengaran) saja. Hal ini disebabkan karena fungsi sensasi perhatian yang
dimiliki siswa saling menguatkan, apa yang didengar dikuatkan oleh penglihatan
(visual), dan apa yang dilihat dikuatkan oleh audio (pendengaran). Dalam arti
kata pada pembelajaran seperti ini sudah diikuti oleh reinforcement yang sangat
membantu bagi pemahaman anak didik terhadap materi pembelajaran
Cara.kerja.otak.
Belahan kanan otak manusia bekerja 10.000 kali lebih cepat dari belahan kiri otak sadar. Pemakaian bahasa membuat orang berpikir dengan kecepatan kata. Otak limbik (bagian otak yang lebih dalam) bekerja 10.000 kali lebih cepat dari korteks otak kanan, serta mengatur dan mengarahkan seluruh proses otak kanan. Oleh karena itu sebagian proses mental jauh lebih cepat dibanding pengalaman atau pemikiran sadar seseorang (Win Wenger, 2003:12-13). Strategi pembelajaran konvensional pada umumnya lebih banyak menggunakan belahan otak kiri (otak sadar) saja, sementara belahan otak kanan kurang diperhatikan. Pada pembelajaran dengan Active learning (belajar aktif) pemberdayaan otak kiri dan kanan sangat dipentingkan.
Thorndike,(BimoWagito,1997)mengemukakan,3.hukum.belajar,yaitu:
Belahan kanan otak manusia bekerja 10.000 kali lebih cepat dari belahan kiri otak sadar. Pemakaian bahasa membuat orang berpikir dengan kecepatan kata. Otak limbik (bagian otak yang lebih dalam) bekerja 10.000 kali lebih cepat dari korteks otak kanan, serta mengatur dan mengarahkan seluruh proses otak kanan. Oleh karena itu sebagian proses mental jauh lebih cepat dibanding pengalaman atau pemikiran sadar seseorang (Win Wenger, 2003:12-13). Strategi pembelajaran konvensional pada umumnya lebih banyak menggunakan belahan otak kiri (otak sadar) saja, sementara belahan otak kanan kurang diperhatikan. Pada pembelajaran dengan Active learning (belajar aktif) pemberdayaan otak kiri dan kanan sangat dipentingkan.
Thorndike,(BimoWagito,1997)mengemukakan,3.hukum.belajar,yaitu:
1. law of readiness, yaitu kesiapan seseorang untuk
berbuat dapat memperlancar hubungan antara.stimulusdan.respons.
2. law of exercise, yaitu dengan adanya ulangan-ulangan yang selalu dikerjakan maka hubungan antara.stimulus.dan.responsakanmenja.dilancar.
3. law of effect, yaitu hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lebih baik jika dapat menimbulkan hal-hal yang menyenangkan, dan hal ini cenderung akan selalu diulang.
Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus-stimulus kepada anak didik, agar terjadinya respons yang positif pada diri anak didik. Respons akan menjadi kuat jika stimulusnya juga kuat. Ulangan-ulangan terhadap stimulus dapat memperlancar hubungan antara stimulus dan respons. Hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lebih baik kalau dapat menghasilkan hal-hal yang menyenangkan. Efek menyenangkan yang ditimbulkan stimulus akan mampu member kesan yang mendalam pada diri anak didik Active learning (belajar aktif) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Dengan memberikan strategi active learning (belajar aktif) pada anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada,tujuan pembelajaran dengan sukses .Hal ini kurang diperhatikan pada pembelajaran konvensional
2. law of exercise, yaitu dengan adanya ulangan-ulangan yang selalu dikerjakan maka hubungan antara.stimulus.dan.responsakanmenja.dilancar.
3. law of effect, yaitu hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lebih baik jika dapat menimbulkan hal-hal yang menyenangkan, dan hal ini cenderung akan selalu diulang.
Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus-stimulus kepada anak didik, agar terjadinya respons yang positif pada diri anak didik. Respons akan menjadi kuat jika stimulusnya juga kuat. Ulangan-ulangan terhadap stimulus dapat memperlancar hubungan antara stimulus dan respons. Hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lebih baik kalau dapat menghasilkan hal-hal yang menyenangkan. Efek menyenangkan yang ditimbulkan stimulus akan mampu member kesan yang mendalam pada diri anak didik Active learning (belajar aktif) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Dengan memberikan strategi active learning (belajar aktif) pada anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada,tujuan pembelajaran dengan sukses .Hal ini kurang diperhatikan pada pembelajaran konvensional
.Dalam metode active learning
(belajar aktif) setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan
berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang
baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Agar murid
dapat belajar secara aktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna
sedemikian rupa, sehingga peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk
belajar. (Mulyasa, 2004:241)
C. Perbedaan pendekatan pembelajaran Active
learning (belajar aktif) dan pendekatan konvensional.
Pembelajaran konvensional Pembelajaran Active learning
-. Berpusat pada guru - Berpusat pada anak didik
- Penekanan pada menerima pengetahuan - Penekanan pada menemukan penget
- Kurang menyenangkan - Sangat menyenangkan
- Kurang memberdayakan semua - Memberdayakan semua
indera dan potensi anak didik indera dan potensi anak didik
- Menggunakan metode yang monoton - Menggunakan banyak metode
- Kurang banyak media yang digunakan - Menggunakan banyak media
- Tidak perlu disesuaikan dengan - Disesuaikan dengan
pengetahuan yang sudah ada pengetahuan yang sudah ada
Dari perbandingan di atas dapat
dijadikan bahan pertimbangan dan alasan untuk menerapkan strategi pembelajaran active learning (belajar aktif) dalam pembelajaran
dikelas. Selain itu beberapa hasil penelitian yang ada menganjurkan agar anak
didik tidak hanya sekedar mendengarkan saja di dalam kelas. Mereka perlu
membaca, menulis, berdiskusi atau bersama-sama dengan anggta kelas yang lain
dalam memecahkan masalah. Yang paling
penting adalah bagaimana membuat anak didik menjadi aktif, sehingga mampu pula
mengerjakan tugas-tugas yang menggunakan kemampuan berpikir yang lebih tinggi,
seperti menganalisis, membuat sintesis dan mengevaluasi. Dalam konteks ini,
maka ditawarkanlah strategi-strategi yang berhubungan dengan belajar aktif. Dalam
arti kata menggunakan teknik active learning (belajar aktif) di kelas menjadi
sangat penting karena memiliki pengaruh
yang besar terhadap belajar siswa.
D. Aplikasi Active learning (belajar aktif)
L. Dee Fink (1999) mengemukakan model
active learning (belajar aktif) sebagai berikut.:1.Dialog dengan diri sendiri
adalah proses di mana anak didik mulai berpikir secara reflektif mengenai topik
yang dipelajari. Mereka menanyakan pada diri mereka sendiri mengenai apa yang
mereka pikir atau yang harus mereka pikirkan, apa yang mereka rasakan mengenai
topik yang dipelajari. Pada tahap ini guru dapat meminta anak didik untuk
membaca sebuah teks dan meminta mereka menulis apa yang mereka pelajari,
bagaimana mereka belajar, apa pengaruh bacaan tersebut terhadap diri mereka. Dialog
dengan orang lain bukan dimaksudkan sebagai dialog parsial sebagaimana yang
terjadi pada pengajaran tradisional, tetapi dialog yang lebih aktif dan dinamis
ketika guru membuat diskusi kelompok kecil tentang topik yang dipelajari.
Observasi terjadi ketika siswa memperhatikan atau mendengar seseorang yang sedang melakukan sesuatu hal yang berhubungan dengan apa yang mereka pelajari, apakah itu guru atau teman mereka sendiri. 2. Doing atau berbuat merupakan aktivitas belajar di mana siswa berbuat sesuatu, seperti membuat suatu eksperimen, mengkritik sebuah argumen atau sebuah tulisan dan lainsebagainya. Ada banyak metode yang dapat digunakan dalam menerapkan active learning (belajar aktif) dalam pembelajaran di sekolah.
Mel Silberman (2001) mengemukakan 101 bentuk metode yang dapat digunakan
dalam pembelajaran aktif. Kesemuanya dapat diterapkan dalam pembelajaran di
kelas sesuai dengan jenis materi dan tujuan yang diinginkan dapat dicapai oleh
anak didik. Metode tersebut antara lain Trading Place (tempat-tempat
perdagangan), Who is in the Class? (siapa di kelas), Group Observasi terjadi ketika siswa memperhatikan atau mendengar seseorang yang sedang melakukan sesuatu hal yang berhubungan dengan apa yang mereka pelajari, apakah itu guru atau teman mereka sendiri. 2. Doing atau berbuat merupakan aktivitas belajar di mana siswa berbuat sesuatu, seperti membuat suatu eksperimen, mengkritik sebuah argumen atau sebuah tulisan dan lainsebagainya. Ada banyak metode yang dapat digunakan dalam menerapkan active learning (belajar aktif) dalam pembelajaran di sekolah.
Resume (resume kelompok), prediction (prediksi), TV Komersial, the company you keep (teman yg anda jaga)QuestionStudentHave (Pertanyaan Peserta Didik), reconnecting (menghubungkan kembali),dan lain sebagainya …
Contoh: Question.Student.Have.(PertanyaanPeserta.Didik).
Metode Question Student Have ini digunakan untuk mempelajari tentang keinginan dan harapan anak didik sebagai dasar untuk memaksimalkan potensi yang mereka miliki. Metode ini menggunakan sebuah teknik untuk mendapatkan partisipasi siswa melalui tulisan. Hal ini sangat baik digunakan pada siswa yang kurang berani mengungkapkan pertanyaan, keinginan dan harapan-harapannya melalui percakapan
.Prosedur :
1.Bagikan.kartu,kosong,kepada,siswa.
2. Mintalah setiap siswa menulis beberapa pertanyaan yang mereka miliki tentang mata pelajaran atau,sifat.pelajaran.yang.sedang.dipelajari.(fikih)
3. Putarlah kartu tersebut searah keliling jarum jam. Ketika setiap kartu diedarkan pada peserta berikutnya, peserta tersebut harus membacanya dan memberikan tanda cek di sana jika pertanyaan yang sama yang mereka ajukan
4. Saat kartu kembali pada penulisnya, setiap peserta telah memeriksa semua pertanyaan yang diajukan oleh kelompok tersebut. Fase ini akan mengidentifikasi pertanyaan mana yang banyak dipertanyakan. Jawab masing-masing pertanyaan tersebut dengan :
a. Jawaban langsung atau berikan jawaban yang berani
b. Menunda jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut sampai waktu yang tepat
c. Meluruskan pertanyaan yang tidak menunjukkan suatu pertanyaan
5. Panggil beberapa peserta berbagi pertanyaan secara sukarela, sekalipun pertanyaan mereka tidak memperoleh suara terbanyak
6. Kumpulkan semua kartu. Kartu tersebut mungkin berisi pertanyaan-pertanyaan yang mungkin dijawab pada pertemuan berikutnya.
Variasi :
1. Jika kelas terlalu besar dan memakan waktu saat memberikan kartu pada siswa, buatlah kelas menjadi sub- kelompok dan lakukan instruksi yang sama. Atau kumpulkan kartu dengan mudah tanpa menghabiskan waktu dan jawab salah satu pertanyaan
2. Meskipun meminta pertanyaan dengan kartu indeks, mintalah peserta menulis harapan mereka dan atau mengenai kelas, topik yang akan anda bahas atau alasan dasar untuk partisipasi kelas yang akan mereka amati.
3. Variasi dapat pula dilakukan dengan meminta peserta untuk memeriksa dan menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh kelompok tersebut, sehingga fase ini akan dapat mengidentifikasi pertanyaan mana yang mendapat jawaban terbanyak, sebagai indikasi penguasaan anak terhadap objek yang dipertanyakan.
Untuk Pembelajaran fikih di Madrasah Ibtidaiyah metode metode tersebut dapat diterapkan. Tergantung materi yg akan diterapkan dalam pembelajaran Dalam pembelajaran aktif (active learning) lebih tertuju pada siswa yg lebih aktif dan terjadi komunikasi dua arah atau lebih. Dalam hal ini Guru hanya sebagai fasilitator atau teman belajar
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Dari uraian diatas dapat
disimpulkan sbb:
1. Pembelajaran
aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua
potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai
hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka
miliki
2. Mel Silberman (2001) memodifikasi dan
memperluas pernyataan Confucius di atas menjadi apa yang disebutnya dengan
belajar aktif (active learning), yaitu : Apa yang saya dengar, saya lupa Apa
yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit Apa yang saya dengar, lihat dan
tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham Apa yang
saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan
keterampilan Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai.
3. untuk
menerapkan strategi pembelajaran active
learning (belajar aktif) dalam pembelajaran dikelas. Selain itu beberapa
hasil penelitian yang ada menganjurkan agar anak didik tidak hanya sekedar
mendengarkan saja di dalam kelas. Mereka perlu membaca, menulis, berdiskusi
atau bersama-sama dengan anggta kelas yang lain dalam memecahkan masalah. Yang paling penting adalah bagaimana membuat anak
didik menjadi aktif, sehingga mampu pula mengerjakan tugas-tugas yang
menggunakan kemampuan berpikir yang lebih tinggi, seperti menganalisis, membuat
sintesis dan mengevaluasi.
4. Mel
Silberman (2001) mengemukakan 101 bentuk metode yang dapat digunakan dalam
pembelajaran aktif. Kesemuanya dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas
sesuai dengan jenis materi dan tujuan yang diinginkan dapat dicapai oleh anak
didik.
8
DAFTAR PUSTAKA
Lukman Zain 2009,Pembelajaaran
Fikih,Depag, Jakarta
Silberman Melvin, l 2011,Active Learning 101 Cara belajar siswa
active edisi revisi, Nusa media, Bandung
Nana Sujana, 1998 Cara Belajar Siswa Aktive Dalam Proses
Belajar Mengajar,Cv Sinar Baru Ofset. Bandung.
Rozak Abd ,2010, Permenag
no 2 tahun 2008 Tentang Pendidikan, FITK PERS, uin ,Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar